Talqin Syahadat: Seharusnya untuk yang Hidup, Bukan Hanya untuk yang Wafat
Kesalahpahaman tentang Talqin Syahadat: Seharusnya untuk yang Hidup, Bukan Hanya untuk yang Wafat
Talqin dua kalimat syahadat sering kali dipahami oleh sebagian umat Islam sebagai bacaan yang hanya dibacakan kepada seorang Muslim yang telah wafat. Padahal, hakikat talqin yang sebenarnya adalah untuk mengingatkan dan meneguhkan keimanan bagi Muslim yang masih hidup, agar mereka memahami dan mengamalkan konsekuensi dari syahadat secara benar.
Dalil dan Penjelasan Ulama tentang Talqin Syahadat
1. Talqin untuk yang Hidup: Anjuran Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Talqinlah (ajarkanlah) orang-orang yang sedang sekarat di antara kalian dengan kalimat La ilaha illallah."
(HR. Muslim No. 916, Abu Dawud No. 3116, At-Tirmidzi No. 976, dan An-Nasa’i No. 1825)
Penjelasan ulama:
- Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (6/219) menjelaskan bahwa talqin bukan hanya untuk yang sudah wafat, tetapi juga bagi mereka yang sedang sakaratul maut agar akhir hidupnya ditutup dengan tauhid.
- Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahafan (1/109) menekankan bahwa talqin itu adalah bentuk pengingat bagi yang hidup agar mereka senantiasa berada di atas keimanan yang benar dan tidak tergelincir dalam kesalahan.
2. Talqin untuk yang Hidup: Sebagai Penguatan Syahadat
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perbaharuilah iman kalian!"
Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara kami memperbaharui iman kami?”
Rasulullah ﷺ menjawab:
"Perbanyaklah mengucapkan La ilaha illallah." (HR. Ahmad No. 8493, Al-Hakim No. 1870, dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ No. 3157)
Penjelasan ulama:
- Imam Al-Munawi dalam Faidul Qadir (2/302) menjelaskan bahwa talqin bukan hanya untuk orang yang akan wafat, tetapi juga untuk mengingatkan yang hidup agar senantiasa menjaga keimanan dan menjauhi perkara yang dapat membatalkan syahadat.
- Imam As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj (2/326) menegaskan bahwa setiap Muslim perlu ditalqin (diajarkan) kembali makna dan konsekuensi syahadat agar kehidupannya selalu sesuai dengan Islam.
Kesalahan Memahami Talqin hanya untuk Orang yang Sudah Wafat
Sebagian umat Islam hanya memahami talqin sebagai bacaan yang dibacakan kepada mayit setelah dikuburkan, padahal tidak ada dalil shahih yang menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabat melaksanakan talqin kepada mayit setelah dikuburkan.
- Ibnu Qayyim dalam Kitab Ar-Ruh (1/17) menyebutkan bahwa talqin setelah penguburan adalah praktik yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, tetapi yang lebih utama adalah mengingatkan orang yang masih hidup agar menjalani kehidupan sesuai dengan syahadatnya.
- Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar (4/142) menegaskan bahwa talqin seharusnya diberikan kepada orang yang masih hidup, bukan kepada yang telah wafat, karena yang hidup masih memiliki kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki amalnya.
Talqin yang Seharusnya: Mengingatkan Muslim agar Hidup sesuai dengan Syahadat
- Talqin bukan hanya bacaan di kuburan, tetapi pengajaran syahadat kepada yang hidup agar mereka memahami dan mengamalkannya dengan benar.
- Umat Islam perlu sering ditalqin (diajarkan) tentang tauhid dan konsekuensi syahadat agar tidak terjerumus dalam syirik, bid’ah, dan mendukung sistem kufur.
- Talqin bagi yang hidup adalah upaya untuk memastikan bahwa seorang Muslim benar-benar berpegang teguh pada Islam hingga akhir hayatnya.
Kesimpulan
- Talqin dua kalimat syahadat yang benar adalah untuk Muslim yang masih hidup, agar mereka memahami konsekuensi dari syahadat dan menjalani hidup sesuai dengan Islam.
- Talqin kepada orang yang wafat setelah dikuburkan tidak ada dalilnya dari Rasulullah ﷺ dan para sahabat.
- Para ulama seperti Ibnu Qayyim, An-Nawawi, dan Asy-Syaukani menegaskan bahwa talqin yang utama adalah pengajaran tauhid kepada Muslim yang masih hidup agar mereka meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang memahami syahadat dengan benar dan hidup sesuai dengan konsekuensinya.
Komentar
Posting Komentar