Pengamalan Dua Kalimat Syahadat dengan Benar : Syarat Diterimanya Puasa Ramadhan
Pengamalan Dua Kalimat Syahadat dengan Benar adalah: Syarat Diterimanya Puasa Ramadhan
Dalam Islam, puasa Ramadhan adalah ibadah agung yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim. Namun, agar ibadah ini diterima oleh Allah SWT, seseorang harus terlebih dahulu mengamalkan dua kalimat syahadat dengan benar. Sebab, syahadat adalah pondasi utama Islam, dan semua amal ibadah tidak akan sah tanpa keimanan yang benar terhadap syahadat.
1. Dalil Al-Qur’an: Amal Ibadah Harus Berdasarkan Tauhid yang Murni
Allah SWT berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama."
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap ibadah, termasuk puasa, hanya diterima jika dilakukan dengan tauhid yang murni, yaitu mengesakan Allah dan tidak melakukan kesyirikan dalam bentuk apa pun.
Selain itu, Allah SWT juga berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ"Jika kamu berbuat syirik, pasti akan terhapus amalmu dan kamu pasti termasuk orang-orang yang merugi."
(QS. Az-Zumar: 65)
Jika seseorang tidak memahami dan mengamalkan syahadat dengan benar, misalnya masih terlibat dalam syirik atau mendukung hukum selain hukum Allah, maka ibadah puasanya tidak akan diterima.
2. Hadis: Iman dan Syahadat sebagai Syarat Sahnya Puasa
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari No. 38, Muslim No. 760)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa harus didasari oleh keimanan yang benar agar diterima oleh Allah. Jika seseorang hanya sekadar menahan lapar dan haus tanpa dasar tauhid yang murni, puasanya tidak memiliki nilai di sisi Allah SWT.
3. Pendapat Para Ulama: Tauhid sebagai Syarat Diterimanya Ibadah
a. Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (6/39) berkata:
"Yang dimaksud dengan ‘iman’ dalam hadis ini adalah keimanan yang bersih dari segala bentuk syirik. Jika seseorang masih menyekutukan Allah, maka puasanya tidak akan diterima walaupun ia menahan lapar dan dahaga sepanjang hari."
b. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Al-Fatawa (10/40) menjelaskan:
"Barang siapa yang masih melakukan perbuatan syirik, baik dalam bentuk penyembahan kepada selain Allah atau dalam bentuk mengikuti hukum selain hukum Allah, maka amalnya tertolak, termasuk puasa dan shalatnya."
c. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij As-Salikin (1/68) menegaskan:
"Tauhid adalah inti dari diterimanya ibadah. Jika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tetapi masih mendukung sistem yang bertentangan dengan syariat Islam, maka puasanya tidak akan diterima karena ia telah melanggar prinsip dasar Islam."
d. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitab At-Tauhid menyebutkan:
"Seseorang tidak akan diterima ibadahnya kecuali setelah ia benar-benar mengesakan Allah dan menolak segala bentuk hukum selain hukum Allah."
4. Kesimpulan
- Dua kalimat syahadat adalah pondasi utama Islam. Jika seseorang tidak mengamalkannya dengan benar, maka semua amal ibadahnya, termasuk puasa, tidak akan diterima.
- Puasa harus didasari oleh keimanan yang benar, sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah ﷺ.
- Jika seseorang masih terlibat dalam syirik, seperti mendukung hukum selain hukum Allah, maka puasanya tidak diterima.
- Para ulama sepakat bahwa tauhid adalah syarat utama diterimanya ibadah.
Oleh karena itu, agar puasa Ramadhan diterima, seorang Muslim harus memastikan bahwa ia telah memahami dan mengamalkan syahadat dengan benar, meninggalkan segala bentuk kesyirikan, serta berpegang teguh pada hukum Allah SWT.
Wallahu a'lam.

Komentar
Posting Komentar