Bendera Umat Islam Sejatinya adalah Bendera Tauhid, Bukan Bendera Nasionalisme
Bendera Umat Islam Sejatinya adalah Bendera Tauhid, Bukan Bendera Nasionalisme
Dalam Islam, bendera yang sejati dan asli bagi seluruh umat Muslim di dunia adalah bendera tauhid, yaitu bendera yang bertuliskan dua kalimat syahadat:
"La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah" (Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah).
Bendera ini bukan sekadar lambang atau hiasan, tetapi merupakan simbol persatuan umat Islam, ketundukan hanya kepada Allah, serta komitmen untuk menjalankan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan. Sayangnya, realitas yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa umat Islam terpecah-belah dalam batasan nasionalisme yang dibuat oleh sistem sekuler yang diperkenalkan setelah runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki Utsmani.
1. Bendera Tauhid: Lambang Kesatuan Umat Islam
Sejarah mencatat bahwa bendera tauhid adalah satu-satunya bendera umat Islam sejak zaman Rasulullah ﷺ hingga masa Khilafah Utsmaniyah. Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ memiliki panji (ar-Rayah) berwarna hitam dan bendera (al-Liwa) berwarna putih, yang keduanya bertuliskan kalimat tauhid.
- Ar-Rayah (panji hitam) digunakan dalam peperangan sebagai simbol perjuangan Islam melawan kekufuran.
- Al-Liwa (bendera putih) digunakan sebagai simbol negara Islam, berkibar di pusat pemerintahan dan dalam urusan resmi kekhalifahan.
Kedua bendera ini bukan sekadar identitas, tetapi merupakan lambang utama persatuan umat Islam di bawah satu kepemimpinan Islam. Dalam kitab "Al-Sirah al-Nabawiyyah" karya Ibn Hisyam, dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabat selalu membawa panji tauhid dalam berbagai ekspedisi dakwah dan peperangan, menandakan bahwa Islam tidak mengenal batas-batas buatan yang memisahkan kaum Muslimin.
2. Nasionalisme: Alat Perpecahan Umat Islam
Setelah runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki Utsmani pada tahun 1924, dunia Islam mengalami perubahan besar. Kolonialisme Barat mulai membagi wilayah-wilayah bekas kekhalifahan menjadi negara-negara kecil berdasarkan nasionalisme, yang bertujuan untuk melemahkan persatuan Islam.
- Inggris dan Prancis berperan besar dalam menciptakan batas-batas buatan ini melalui perjanjian rahasia Sykes-Picot (1916) yang membagi wilayah Islam menjadi negara-negara terpisah.
- Turki Utsmani yang sebelumnya mempersatukan dunia Islam dihapus, digantikan oleh negara-negara sekuler dengan ideologi nasionalisme yang lebih menonjolkan kepentingan bangsa dibanding kepentingan Islam.
Akibatnya, bendera tauhid yang seharusnya menjadi bendera utama umat Islam digantikan oleh bendera-bendera nasional yang berbeda di setiap negara. Umat Islam yang dahulu bersatu kini terpecah-belah dalam batas-batas negara yang diciptakan oleh kaum kolonial.
3. Nasionalisme Bertentangan dengan Islam
Nasionalisme adalah ideologi yang menekankan kesetiaan kepada bangsa dan negara lebih dari agama. Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa umat Muslim adalah satu kesatuan dalam ikatan akidah, bukan dalam batasan geografis atau etnis.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya (agama) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku."
(QS. Al-Anbiya: 92)
Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bukan dari golongan kami siapa yang menyeru kepada ashabiyyah (fanatisme kesukuan/nasionalisme), bukan dari golongan kami siapa yang berperang karena ashabiyyah, bukan dari golongan kami siapa yang mati karena ashabiyyah."
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dari dalil-dalil ini jelas bahwa Islam tidak mengenal batasan nasionalisme. Seorang Muslim harus merasa satu dengan Muslim lainnya, tidak peduli dari negara mana ia berasal.
4. Mengembalikan Bendera Tauhid Sebagai Simbol Umat Islam
Sebagai umat Islam, kita harus menyadari bahwa bendera tauhid adalah bendera kita yang sesungguhnya. Bendera ini bukan hanya milik kelompok atau golongan tertentu, tetapi merupakan bendera seluruh kaum Muslimin. Mengembalikan kejayaan Islam berarti menyatukan kembali umat di bawah satu kepemimpinan Islam, yaitu Khilafah Islamiyah, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dilanjutkan oleh para khulafaur rasyidin serta dinasti-dinasti Islam setelahnya.
Dalam kitab "Muqaddimah" karya Ibnu Khaldun, dijelaskan bahwa kejayaan umat Islam terwujud ketika mereka bersatu dalam kepemimpinan Islam yang satu. Sebaliknya, perpecahan akan melemahkan dan menjadikan umat Islam mudah dikuasai oleh musuh-musuhnya.
Saat ini, tugas kita sebagai umat Islam adalah meninggalkan fanatisme nasionalisme yang memecah belah dan kembali kepada persatuan di bawah tauhid, dengan bendera tauhid sebagai simbol utama. Ini bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga pernyataan bahwa Islam adalah sistem hidup yang menyeluruh, yang harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan umat Muslim.
Kesimpulan: Kembalilah kepada Bendera Tauhid, Simbol Persatuan Umat Islam
Bendera tauhid adalah bendera asli umat Islam, bukan bendera-bendera nasional yang diciptakan oleh kolonial Barat setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Islam tidak mengenal batasan negara, karena umat Islam adalah satu kesatuan yang dipersatukan oleh akidah, bukan oleh nasionalisme.
Saat ini, dunia Islam mengalami perpecahan yang sangat besar karena fanatisme kebangsaan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus menyadari pentingnya kembali kepada bendera tauhid sebagai simbol persatuan dan identitas Islam yang sejati.
Sebagaimana dahulu Islam berjaya di bawah satu kepemimpinan dengan bendera tauhid, maka kejayaan Islam di masa depan hanya akan terwujud jika umat kembali bersatu di bawah naungan Islam yang hakiki.

Komentar
Posting Komentar